GOLPUT Menang di PILKADA JATIM

SURABAYA] Pakar politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Prof Dr Kacung Marijan memprediksi, angka golongan putih (golput) pada Pemilihan Gubernur Jatim (Pilgub Jatim) putaran kedua, akan lebih tinggi dibanding pada putaran pertama yang mencapai 40 persen. Hal tersebut dikemukakan Kacung kepada SP, Kamis (24/7) pagi, mengomentari tingginya angka golput pada Pilgub Jatim, 23 Juli kemarin.

Jumlah pemilih dalam Pilgub Jatim sebesar 27 juta dari total penduduk sebanyak 37 juta lebih. Hasil penghitungan cepat yang dilakukan beberapa lembaga survei menyebutkan angka golput mencapai 40 persen.

Tingginya angka golput pada putaran kedua, karena para pemilih jenuh. Di samping itu, banyak partai yang tidak mengantarkan calon yang diusungnya, sehingga kader dan simpatisan partai tersebut bisa jadi ogah untuk mendukung figur yang diusung partai lain.

Pada Pilgub Jatim berdasarkan hasil penghitungan cepat empat lembaga survei, menempatkan pasangan Soekarwo-Saifulah Yusuf (Karsa) dan Khofifah Indar Parawansa (Kaji) lolos ke putaran kedua, setelah angka yang diperoleh tidak mencapai 30 persen.

Menurut Kacung, pada putaran kedua nanti, kedua pasangan calon harus pandai meyakinkan kepada partai yang mengusung figur yang tidak lolos, untuk mendukung. Apabila ini berhasil, paling tidak mengurangi angka golput.

Anggota Panitia Pengawas (Panwas) Pilgub Jatim di Kota Mojokerto, Elsa Fifajanti menjawab pertanyaan SP, Kamis pagi mengatakan, berdasarkan komunikasi antarpanwas di berbagai daerah disimpulkan, tingginya angka golput pada pilgub, satu di antaranya, banyak warga yang sudah meninggal, pindah domisili, bahka anak di bawah usia lima tahun (balita) masuk dalam daftar pemilih tetap (DPT).

Menurut Elsa, KPU juga terlalu kaku mengatur pemilih. Ia mencontohkan, di LP Mojokerto ada 425 narapidana, tapi yang boleh memilih hanya 23 orang. Hal itu karena KPU tidak membolehkan napi nyoblos jika tidak memiliki kartu pemilih. Hal ini terjadi di sebagian LP di Jawa Timur.

Paham Politik

Rektor Universitas Islam Negeri Malang, Jawa Timur (Jatim) Prof Dr H Imam Suprayogo menilai, kemenangan golput mengindikasikan bahwa pemahaman politik mayoritas rakyat pemilih di Jatim meningkat.

"Masyarakat luas yang selama ini disebut sebagai rakyat, wong cilik, dan semacamnya, dengan mata hati melihat apakah Pilgub Jatim ini untuk memilih pejabat atau pemimpin. Kalau memilih pejabat (gubernur dan wakil gubernur), mereka merasa aneh, pejabat kok dipilih," ujarnya.

Menurutnya, selama ini anggapan di tengah masyarakat, pejabat itu identik dengan sosok penguasa yang berbaju safari, setiap tahun membagi-bagikan anggaran.

Lalu tatkala ada pembukaan proyek, yang bersangkutan meletakkan batu pertama dan jika proyek itu rampung pejabat itu meresmikan dengan menggunting pita.

"Kalau yang tampak di mata masyarakat seperti itu, muncul anggapan, buat apa repot-repot ikut pilgub, segala," katanya.

Berbeda dengan memilih pemimpin, masyarakat tanpa diminta pun akan siap datang dan melaksanakan anjurannya dan segala perintahnya.

Masyarakat sudah dapat mempresentasikan, bahwa pemimpin itu dalam suasana di tengah masyarakat yang serba terhimpit oleh tekanan sosial ekonomi dewasa ini, sangat diimpikan kehadirannya.

Sosok pemimpin itu rela berkorban demi mengayomi rakyat yang dipimpinnya dan memberikan suri tauladan yang baik kepada masyarakat. "Sosok pemimpin panutan inilah yang dicari-cari dan bahkan rakyat dengan sukarela datang berduyun-duyun ke pemimpin itu," ujarnya.

Imam melihat, masyarakat beranggapan, bahwa dalam kampanye Pilgub Jatim baru lalu, muncul suara santer, bahwa dalam pemilihan 'pejabat' sarat dengan nuansa transaksi, bukan bernuansa pengorbanan.

"Lihat saja selama kampanye, mereka tidak banyak yang menjanjikan hal-hal yang bernuansa transaksi, bukan pengorbanan," tegasnya.

Anggapan ini sulit dihapus dalam waktu singkat, sehingga pada putaran kedua nanti angka golput pasti tetap tinggi. "Untuk mengubahnya dibutuhkan waktu. Karena itu, siapa pun yang jadi gubernur nanti, harus mampu menampilkan diri sebagai pejabat dan sekaligus pemimpin," tandas Imam. [dikutip dari www.suarapembaruan.com]